Kamis, 03 April 2014

It will not rain forever

Air mata jatuh bukan berarti seseorang itu lemah, tetapi karena ia sedang mengungkapkan segala emosi yang tak bisa di ungkapkannya kepada orang lain. Mereka menyerah bukan karena mereka suka menyerah, mereka adalah orang-orang yang kuat. Namun, mereka merasa sudah tidak bisa lagi menemukan arti dari apa yang sedang mereka perjuangkan. Mereka merasa lelah dan merasa menunggu sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. Seperti awan di langit, apabila matahari terus bersamanya awan itu akan berwarna putih seperti kapas dan akan melindungi Bumi dari panasnya sinar matahari. Ya. Coba kita ibaratkan awan itu hati kita dan matahari itu harapan kita. Apabila harapan terus bersama kita, tentunya kita akan selalu ceria dan bisa menjadi tempat yang nyaman bagi orang lain. Itu bukan berarti kita tidak punya masalah, seperti awan saja. Bukan berarti awan tersebut tidak memiliki kandungan air, ia memiliki kandungan air kok tapi ia masih bisa menampung air tersebut. Kalau diibaratkan kita ya, kita masih bisa menampung air mata dan kesedihan yang kita miliki. Tetapi jika air pada awan tersebut sudah berlebih dan tidak ada matahari lagi, awan tersebut akan berubah warna menjadi kelabu. Mendung gitu deh. Lalu akan turun rintik-rintik hujan. Bisa gerimis tapi bisa juga hujan lebat. Bisa juga disertai gemuruh yang hebat, bahayanya gemuruh itu bisa membahayakan orang, bisa juga membuat pohon-pohon tumbang. Seperti kita juga kan kalau lagi sedih bisa bikin bahaya orang yang nggak tahu apa-apa. Nah, tapi ingat kita tidak bisa melihat pelangi tanpa ada rintik-rintik hujan kan?